About This Blog 21.07

Assalamu Alaikum wr.wb
    Saya atas nama BESSE ERVI YULIANA 
 Tujuan pembuatan blog ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara memperindah situs-situs dalam internet dan berfariasi dalam tulisan dan bentuk.
   Pengalaman di ATRO MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Banyak suka duka yang aku lewati dalam ATRO dan banyaknya teman-teman yang aku kenal  dari kota kekota dengan menjalin persaudaraan dan saling berbagi cerita pengalaman yang telah berlalu di masa SMA dan bisa juga mengenal dosen-dosen yang ada dan mengenal apa itu  ATRO MUHAMMADIYAH dan bagaimana suasananya dikampus.
   ATRO IS THE BEST

Dosimetri Radiasi 19.17



Dosimetri Radiasi
Dosimetri merupakan kegiatan pengukuran dosis radiasi dengan teknik pegukurannya didasarkan pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh radiasi dalam gas, terutama udara. Dalam proteksi radiasi, metode pengukuran dosis radasi ini dikenal degan sebutan dosimetri radiasi. Selama perkembangannya, besaran yang dipakai dalam pengukuran jumlah radiasi selalu didasarkan pada jumlah ion yang terbentuk dalam keadaan tertentu atau pada jumlah energi radiasi yang diserahkan kepada bahan.
Sama halnya dengan besaran-besaran fisika lainnya, radias juga mempunyai ukuran atau satuan untuk menunjukkan besarnya pancaran radiasi dari suatu sumber, atau menunjukkan banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Radasi mempunyai satuan karena radiasi itu membawa atau mentransfer energi dari sumber radiasi yang diteruskan kepada medium yang menerima radiasi. Sampai saat ini ICRP (Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi) masih tetap menggunakan besaran makroskopis yang disebut besaran dosimetri, dan secara formal telah didifinisikan oleh ICRU(Komisi Internasional untuk Satuan dan Pengukuran radiologi).
Pemanfaatan teknik nuklir dalam berbagai bidang selalu melibatkan pemanfaatan radiasi yang tentu saja juga melibatkan teknik pengukuran radiasi, baik untuk tujuan pencapaian kualitas hasil maupun keselamatan kerja. Dalam kegiatan radiodiagnostik, irradiasi terhadap pasien harus memenuhi azas optimisisasi yang menghendaki agar dosis yang diterima pasien dapat ditekan serendah mungkin namun dapat diperoleh hasil gambar pencitraan dengan radiasi yang baik dan dapat dianalisa oleh dokter. Dalam kegiatan radioterapi, dosis radiasi yang diberikan untuk irradiasi kanker harus diatur sedemikian rupa sehingga kanker dapat diobati tanpa memberikan efek berarti terhadap jaringan normal lainnya. Dengan dukungan dosimetri radiasi yang baik, pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang kesehatan akan memberikan hasil yang terbaik, dengan efek paparan radiasi pengion yang merugikan kesehatan dapat ditekan serendah mungkin atau bahkan dihindari sama sekali.
Dalam bidang industri, irradiasi terhadap berbagai jenis komoditas memerlukan dosis radiasi yang berbeda-beda. Penguasaan terhadap teknik dosimetri radiasi dosis tinggi berpengaruh sangat besar terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerja, dosimetri juga memiliki peran yang sangat besar. Daerah kerja harus selalu dimonitor tingkat radiasinya agar keselamatan dan kesehatan kerja di tempat tersebut tetap terjamin. Setiap pekerja radiasi harus mendapatkan pelayanan pemantauan dosis perorangan sehingga terimaan dosis radiasi selama menjalankan tugas tetap terkontrol dan tidak melampauai Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pemahaman terhadap besaran dan satuan dasar dalam dosimetri merupakan kunci utama untuk mencapai suksesnya pemanfaatan iptek nuklir dalam berbagai bidang. Setiap kegiatan pemanfaatan teknik nuklir harus didukung dengan penguasaan terhadap teknik dosimetri dan standardisasi radiasi. Sebagai langkah awal, pemahaman terhadap besaran dan satuan dasar untuk dosimeteri radiasi pun perlu diperkenalkan kepada setiap personil yang terlibat dalam pemanfaatan teknik nuklir. Ada beberapa besaran dan satuan dasar yang berhubungan dengan radiasi pengion disesuaikan dengan kriteria penggunaannya. Berikut ini akan dibahas besaran-besaran dan satuan-satuan dasar dalam dosimetr radiasi.
Besaran dan Satuan Dasar dalam Dosimetri
1. Dosis Serap
Radiasi dapat mengakibatkan pengionan pada jaringan atau medium yang dilaluinya. Untuk mengukur besarnya energi radiasi yang diserap oleh medium perlu diperkenalkan suatu besaran yang tidak bergantung pada jenis radiasi, energi radiasi maupun sifat bahan penyerap, tetapi hanya bergantung pada jumlah energi radiasi yang diserap persatuan massa bahan yang menerima penyinaran radiasi tersebut. Untuk mengetahui jumlah energi yang diserap oleh medium ini digunakan besaran dosis serap. Dosis serap didifinisikan sebagai jumlah energi yang diserahkan oleh radiasi atau banyaknya energi yang diserap oleh bahan persatuan massa bahan itu. Jadi dosis serap merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium. Meskipun dosis serap semula didifinisikan untuk penggunaan pada suatu titik tertentu, namun untuk tujuan proteksi radiasi digunakan pula untuk menyatakan dosis rata-rata pada suatu jaringan. Secara matematis, dosis serap (D) dirumuskan dengan :
D = dE / dm
dengan dE adalah energi yang diserap oleh medium bermassa dm.
Jika dE dalam Joule (J) dan dm dalam kilogram (kg), maka satuan dari D adalah : J.kg-1. Dalam sistim SI besaran dosis serap diberi satuan khusus, yaitu Gray dan disingkat dengan Gy.Sebelum satuan SI digunakan, dosis serap diberi satuan erg/gr, dan diberi nama satuan khusus rad (radiation absorbed dose), dimana 1 rad setara dengan 100 erg/gr.
Dalam proteksi radiasi, dosis serap merupakan besaran dasar. Turunan dosis serap terhadap waktu disebut laju dosis serap yang mempunyai satuan dosis serap persatuan waktu. Dalam sistim SI, laju dosis serap dinyatakan dalam Gy.s-1. Sedang satuan-satuan lain yang juga sering digunakan adalah : Gy. jam-1, Gy. menit-1, mGy.menit-1, mGy.s-1 dan sebagainya.
2. Dosis ekivalen
Sebelumnya orang menduga bahwa radiasi dapat menyebabkan perubahan dalam suatu sistim hanya berdasarkan pada besar energi radiasi yang terserap oleh jaringan. Namun kenyataannya tidaklah demikian. Ditinjau dari sudut efek biologi yang ditimbulkan, ternyata efek yang timbul pada suatu jaringan akibat penyinaran oleh bermacam-macam radiasi pengion tidak sama, meskipun dosis serap dari beberapa jenis radiasi yang diterima oleh jaringan itu sama besar. Jadi dalam hal ini, penyerapan sejumlah energi radiasi yang sama dari beberapa jenis radiasi yang berbeda tidak menimbulkan efek biologi yang sama. Efek biologi yang timbul ternyata juga bergantung pada jenis dan kualitas radiasi.
Dalam proteksi radiasi, besaran dosimetri yang lebih berguna karena berhubungan langsung dengan efek biologi adalah dosis ekivalen. Besaran dosis ekivalen lebih banyak digunakan berkaitan dengan pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia atau sistim biologi lainnya. Dalam konsep dosis ekivalen ini, radiasi apapun jenisnya asal nilai dosis ekivalennya sama akan menimbulkan efek biologi yang sama pula terhadap jaringan tertentu. Dalam hal ini ada suatu faktor yang ikut menentukan dalam perhitungan dosis ekivalen, yaitu kualitas radiasi yang mengenai jaringan. Kualitas radiasi ini mencakup jenis dan energi dari radiasi yang bersangkutan.
Untuk menunjukkan kualitas dari radiasi dalam kaitannya dengan akibat biologi yang dapat ditimbulkannya, Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi atau International Commission on Radiological Protection (ICRP) melalui Publikasi ICRP Nomor 60 Tahun 1990, memperkenalkan faktor bobot radiasi, wR. Sebelumnya, melalui Publikasi ICRP Nomor 26 Tahun 1977, ICRP menggunakan istilahfaktor kualitas, Q.
Dosis ekivalen pada prinsipnya adalah dosis serap yang telah dibobot, yaitu dikalikan dengan faktor bobotnya. Faktor bobot radiasi ini dikaitkan dengan kemampuan radiasi dalam membentuk pasangan ion persatuan panjang lintasan. Semakin banyak pasangan ion yang dapat dibentuk persatuan panjang lintasan, semakin besar pula nilai bobot radiasi itu. Dosis ekivalen dalam organ T yang menerima penyinaran radiasi R (HT,R) ditentukan melalui persamaan :
HT,R = wR . DT,R
dengan DT,R adalah dosis serap yang dirata-ratakan untuk daerah organ atau jaringan T yang menerima radiasi R, sedang wR adalah faktor bobot dari radiasi R. ICRP melalui Publikasi ICRP Nomor 60 Tahun 1990 menetapkan nilai wR berdasarkan pada jenis dan energi radiasinya.
Mengingat faktor bobot tidak berdimensi, maka satuan dari dosis ekivalen dalam sistim SI sama dengan satuan untuk dosis serap, yaitu dalam J.kg-1. Namun untuk membedakan antara kedua besaran tersebut, dosis ekivalen diberi satuan khusus , yaitu Sievert dan disingkat dengan Sv. Sebelum digunakan satuan SI, dosis ekivalen diberi satuan Rem (Roentgen equivalent man ataumammal) yang besarnya : 1 Sv = 100 Rem Jika dalam konsep dosis serap dua dosis yang sama besar (dalam Gy) dari radiasi yang kualitasnya berlainan akan menimbulkan efek biologi yang berlainan, maka dalam konsep dosis ekivalen ini dua dosis radiasi yang sama besar (dalam Sv) dari radiasi pengion jenis apapun akan menimbulkan efek biologi yang sama.
3. Dosis Efektif
Hubungan antara peluang timbulnya efek biologi tertentu akibat penerimaan dosis ekivalen pada suatu jaringan juga bergantung pada organ atau jaringan yang tersinari. Untuk menunjukkan keefektifan radiasi dalam menimbulkan efek tertentu pada suatu organ diperlukan besaran baru yang disebut besaran dosis efektif. Besaran ini merupakan penurunan dari besaran dosis ekivalen yang dibobot. Faktor pembobot dosis ekivalen untuk organ T disebut faktor bobot jaringan, wT. Nilai wT dipilih agar setiap dosis ekivalen yang diterima seragam di seluruh tubuh menghasilkan dosis efektif yang nilainya sama dengan dosis ekivalen yang seragam itu. Jumlah faktor bobot jaringan untuk seluruh tubuh sama dengan satu.
Dosis efektif dalam organ T, HE yang menerima penyinaran radiasi dengan dosis ekivalen HT ditentukan melalui persamaan :
HE = wT . HT
ICRP melalui Publikasi ICRP Nomor 60 Tahun 1990 menetapkan nilai wT yang dikembangkan dengan menggunakan manusia acuan dengan jumlah yang sama untuk setiap jenis kelamin dan mencakup rentang umur yang cukup lebar.
4. Paparan
Paparan pada mulanya merupakan besaran untuk menyatakan intensitas sinar-X yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah tertentu. Berdasarkan difinisi tersebut, maka paparan (X) dapat dirumuskan dengan :
X = dQ / dm
dengan dQ adalah jumlah muatan elektron yang timbul sebagai akibat interaksi antara foton dengan atom-atom udara dalam volume udara bermassa dm. Besaran paparan ini mempunyai satuan Coulomb per kilogram-udara (C.kg-1) dan diberi nama khusus Roentgen, disingkat R.
Satuan Roentgen semula hanya berlaku untuk sinar-X. Namun pada tahun 1937 satuan ini didifinisikan ulang sehingga berlaku juga untuk sinar-g. Pengertian baru dari Roentgen ini adalah bahwa : 1 R merupakan kuantitas radiasi sinar-X atau sinar-gyang menghasilkan 1 esu ion positif atau negatif di dalam 1 cm3 udara normal (NPT). Dari difinisi baru tersebut, energi sinar-X atau sinar-gyang terserap di dalam 1 gram udara dapat menjadi :
1 R = 87,7 (erg/gr) = 0,00877 (J/kg)

Berbagai jenis TLD untuk pengukuran dosis radiasi dalam berbagai kegiatan

Dosimetri medis diperlukan dalam kegiatan radioterapi

sumbe:http://www.infonuklir.com/read/detail/133/dosimetri-radiasi#.U4KjjlLoDIU

Automatic Processing 17.38



   Pengertian Pengolahan Film Secara Otomatis

Dalam dunia radiografi, pengolahan film yang dilakukan tidak hanya dengan cara manual, tetapi ada pengolahan film dengan cara lain yaitu pengolahan film secara otomatis (automatic processing). Automatic processing mempunyai pengertian pengolahan film yang dilajukan secara otomatis dengan menggunakan mesin pengolahan film untuk melakukan pekerjaan pengolahan film yang biasanya dilakukan oleh manusia.
Dalam automatic processing, semua telah diatur oleh mesin mulai film masuk ke developer, ke fixer hingga film keluar dari mesin dalam keadaan kering. Automatic processing dikenal juga dengan istilah dry to dry yang artinya film masuk dalam keadaan kering dan keluar juga dalam keadaan kering, tidak seperti pada pengolahan film secara manual dimana film masih harus dikeringkan beberapa saaat sebelum akhirnya kering.
B.   Alasan Digunakannya Automatic Processing
Automatic processing saat ini banyak digunakan di hamper setiap rumah sakit. Hal ini disebabkan karena alasan-alasan di bawah ini :
Ø  Pengolahan film bisa dilakukan dengan cepat
Karena pengolahan film dilakukan oleh mesin maka total waktu yang dibutuhkan hingga film selesai dip roses membutuhkan waktu yang cukup singkat. Pada beberapa mesin prosesing, total waktu pengolahan film bervariasi mulai dari yang paling lama 120 detik hingga yang paling cepat 90 detik.
Ø  Pekerjaan yang dilakukan lebih praktis dan bersih
Cairan yang digunakan untuk mengolah film, semua berada di dalam mesin, sehingga tidak akan terjadi tetesan air di kamar gelap seperti halnya pada pengolahan film secara manual. Selain itu pekerjaan pengolahan film ini menjadi praktis, karena tidak lagi diperlukan hanger untuk menjepit film sebagaimana pada manual, sebab mesin automatic processing memiliki roller yang salah satu fungsinya adalah menjepit film selama prosesing berlangsung.
Ø  Pengolahan film mempunyai waktu yang standar
Karena mesin yang melakukan pengolahan, maka waktu pengolahan film telah diatur berapa lamanya oleh mesin ini. Pada pengolahan film secara manual waktu untuk pengolahan film untuk setiap orang yang mengerjakannya bisa berbeda satu sama lain, hal ini dikarenakan pendapat tiap orang berbeda dalam menentukan apakah gambaran yang dihasilkan sudah cukup baik atau tidak mengingat dalam pengolahan manual film yang sedang dip roses di developer bisa dilihat di bawah safelight.
Ø  Kamar gelap yang digunakan relative lebih kecil disbanding manual processing, bahkan untuk beberapa jenis mesin prosesing tertentu ada yang tidak memerlukan kamar gelap (day light system).
Ø  Total cost untuk keseluruhan biaya bisa lebih murah disbanding dengan manual. Harga satu alat automatic processing terkesan memang mahal, tetapi dengan penggunaan automatic processing tidak dibutuhkan lagi kamar gelap tang besar, ini artinya ada penghematan tempat.
Selain itu penghematan waktu juga terjadi mengingat waktu pengolahan film otomatis lebih cepat dibandingkan dengan pengolahan film secara manual. Ini berarti pasien yang bisa dikerjakan pada waktu tertentu, jumlahnya bisa lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan pengolahan film secara manual.
C.   Tahapan Pengolahan Film Secara Otomatis
Prinsip yang digunakan pada pengolahan film secara otomatis sebenarnya sama dengan pengolahan film secara manual. Namun pada pengolahan film secara otomatis tidak terdapat tahapan rinsing. Hal ini dikarenakan tahapan rinsing telah digantikan oleh roller yang berada di dalam mesin automatic processing. Tahapan-tahapan yang ada pada automatic processing adalah Developing, Fixing, Washing dan Drying.
Semua tahapan di atas sama dengan manual seperti bagaimana proses di developer, fixer hingga masuk ke dryer. Perbedaannya hanya pada proses ini cairan yang digunakan untuk developer dan fixer tidak boleh yang berjenis powder.
Developer dan fixer untuk pengolahan film secara otomatis hanya boleh dari jenis liquid. Hal ini disebabkan pada developer dan fixer dari jenis powder masih ada beberapa Kristal dari developer dan fixer yang tidak larut dalam cairan sehingga jika digunakan pada mesin automatic processing, kristal ini dapat menempel pada roller yang kemudian akan berakibat tergoresnya film saat roller menjepit film.
D.   Sistem Transportasi Film
Jika membahas mengenai pengolahan film secara otomatis, maka sudah pasti dibahas mengenai system transportasi film karena bagian-bagian lain sama dengan pengolahan film secara manual dan sudah pernah dibahas pada bab sebelumnya. Sistem transportasi film pada pengolahan film secara otomatis meliputi system film masuk (feeding system) dan system roller.
Ø  Sistem Film Masuk (Feeding System)
Sistem film masuk meruapakan system yang bekerja saat film mulai masuk ke dalam mesin automatic processing. Sistem film masuk ini terdiri dari dua jenis yaitu manual dan otomatis. Berikut dari masing-masing system tersebut :
v  Sistem Manual
Untuk yang manual, system film masuknya (feeding system) menggunakan microswitch yang diletakkan diatas roller pada tempat masuknya film (feed tray).
Cara kerjanya adalah film yang dimasukkan melewati feed tray akan menekan roller ke atas. Tekanan ini akan mengaktifkan microswitch. Bila microswitch aktif, maka semua mekanik dari mesin prosesing akan bergerak, termasuk system roller dan replenisher.
v  Sistem Otomatis
Untuk yang otomatis, system film masuknya (feeding system) menggunakan detector infrared yang diletakkan pada tempat masuknya film (feed tray).
Cara kerjanya adalah film yang dimasukkan melewati feed tray akan memutus hubungan infrared. Pemutusan hubungan infrared ini akan mengaktifkan semua mekanik dari mesin processing yang meyebabkan mesin akan bergerak, termasuk system roller dan replenisher.
Ø  Sistem Roller
Roller adalah silinder yang akan mentransportasikan film di dalam mesin prosesing. Roller terbuat dari bahan yang tidak korosif atau tidak bereaksi terhadap cairan prosesing seperti developer dan fixer. Bahan yang biasa digunakan adalah nylon, atau stainless steel yang dibungkus dengan rasin-epoxy. Sistem roler transportasi terdiri dari, penggerak utama, dan sejumlah roller penggerak film pada tangki cairan :
a.   Ketika film ini ditempatkan di baki dua roler menarik film tersebut ke dalam mesin. Sebuah tombol mikro biasanya digunakan sebagai alat pengaman untuk memperingatkan operator ketika lebih dari satu film ditempatkan dalam mesinpada saat yang sama. Juga, saklar mikro akan aktif ketika sistem sedangberoperasi.
b. Film ini bergerak sirkuler melalui jalurnya dan vertikal ke bawah masuk kedalamcairan developer melalui serangkaian roler menyusun mengitarisusunan roler lalu bergerak vertikal ke atas, melewati rol yang lain. Bergerak dengan cara yang sama melalui bahan kimia.
c.   Roler bergerak melewati rangkaian roler melalui poros penggerak utamadijalankan oleh motor penggerak. Melalui serangkaian roda gigi, gir, gerak mekanik yang diberikan kepada rol dari penggerak utama.
     sumber: http://sitaalfitra.blogspot.com/2013/06/automatic-processing.html

Filosofi Proteksi Radiasi 17.13

Filosofi Proteksi Radiasi

Mengingat radiasi dapat membahayakan kesehatan, maka pemakaian radiasi perlu diawasi, baik melalui peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan bahan-bahan radioaktif, maupun adanya badan pengawas yang bertanggungjawab agar peraturan-peraturan tersebut diikuti. Di Indonesia, badan pengawas tersebut adalah Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir).
Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut:
  1. Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi,
  2. Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas optimasi,
  3. Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi.
Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan.
Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5 rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Menurut laporan penelitian UNSCEAR, secara rata-rata setiap orang menerima dosis 2,8 mSv (280 mrem) per tahun, berarti seseorang hanya akan menerima sekitar setengah dari nilai batas dosis untuk masyarakat umum.
Ada dua catatan yang berkaitan dengan nilai batas dosis ini. Pertama, adanya anggapan bahwa nilai batas ini menyatakan garis yang tegas antara aman dan tidak aman. Hal ini tidak seluruhnya benar. Nilai batas ini hanya menyatakan batas dosis radiasi yang dapat diterima oleh pekerja atau masyarakat, sejauh pengetahuan yang ada hingga saat ini. Yang lebih penting dari pemakaian nilai batas ini adalah diterapkannya prinsip ALARA pada setiap pemanfaatan radiasi. Kedua, adanya perbedaan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi dan masyarakat umum. Nilai batas ini berbeda karena pekerja radiasi dianggap dapat menerima risiko yang lebih besar (dengan kata lain, menerima keuntungan yang lebih besar) daripada masyarakat umum, antara lain karena pekerja radiasi mendapat pengawasan dosis radiasi dan kesehatan secara berkala.

SUMBER: http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-4.htm

pesawat sinar-x 22.45

PESAWAT SINAR X


1.1. Pembuatan Sinar-X
            Sinar-x dapat dihasilkan di dalam sebuah tabung sinar-x hampa udara. Tabung sinar-x dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari katoda tidak terhalang oleh molekul udara dalam perjalanannya menuju anoda.  Elektron-elektron tersebut akan menumbuk anoda dan terjadi proses perubahan  energi.  Energi elektron sebagian besar diubah menjadi panas (99 %) dan sebagian kecil diubah menjadi sinar-x (1 %).
            Suatu tabung sinar-x mempunyai beberapa persyaratan yaitu:
1.      Mempunyai sumber elektron
2.     Gaya yang mempercepat gerakan elektron
3.     Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa
4.    Alat pemusat berkas elektron
5.    Penghenti gerakan elektron
Tabung sinar-x  ditunjukkan pada gambar 2.1.


Gambar 2.1 Tabung sinar-x
2.2. Pesawat Sinar-X
            Pesawat sinar-x adalah pesawat yang menghasilkan gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi (sinar-x) untuk digunakan dalam diagnostik atau terapi. Blok diagram pesawat sinar-x ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Blok diagram pesawat sinar-x
            Sebuah sumber tegangan tinggi dari 20 – 200 kV diperlukan untuk menghasilkan sinar-x pada tabung sinar-x.  Penentuan waktu durasi tegangan tinggi yang dipakai pada tabung harus dibatasi dengan hati-hati supaya pasien tidak menerima dosis yang berlebihan, film tidak menjadi terlalu hitam, dan tabung sinar-x tidak terlalu panas.  Selama tabung sinar-x dioperasikan dalam batas termalnya, intensitas sinar-x diatur oleh arus filamen.  Sebagai sebuah proteksi terhadap kelebihan panas, temperatur anoda dimonitor oleh pendeteksi temperatur. Jika temperaturt anoda melebihi nilai tertentu, kelebihan panas akan dideteksi dan suplai tegangan tinggi akan mati secara otomatis.  Sebagian besar anoda tabung sinar-x diputar oleh motor induksi untuk membatasi daya sinar-x pada satu titik dan membantu pendinginan anoda.  Sumber tegangan tinggi pada gambar 2.2 dihasilkan oleh sebuah trafo tengangan tinggi ke tingkat 20 – 200 kV.   Tegangan tinggi kemudian disearahkan dan dihubungkan ke tabung sinar-x yang akan melewatkan arus konvensional hanya dalam satu arah dari anoda ke katoda.  Produksi sinar-x oleh anoda merupakan radiasi bremstrahlung yang terdiri dari sebaran frekuensi.  Sinar-x dengan frekuensi rendah tidak memiliki kontribusi yang berarti dalam data diagnostik tetapi akan meningkatkan dosis yang diterima pasien.  Untuk mereduksi sinar-x frekuensi rendah digunakan filter aluminium sedangkan kolimator digunakan untuk membatasi luas paparan radiasi sinar-x (Aston, 1990).
2.3 Klasifikasi Pesawat Sinar-X
            Pesawat sinar-x dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok.
a. Berdasarkan kegunaan
            Berdasarkan kegunaannya pesawat sinar-x dibedakan menjadi dua yaitu:
1.      Pesawat sinar-x diagnostik
Pesawat sinar-x diagnostik digunakan untuk melihat organ bagian dalam tubuh seperti tulang, paru-paru, jantung dan sebagainya.  Pesawat jenis ini dapat mendeteksi adanya keretakan tulang maupun tumor pada jaringan tubuh. Tegangan tabung sinar-x yang digunakan dalam pesawat jenis diagnostik tidak lebih dari 150 kV.
2.     Pesawat sinar-x terapi
Pesawat sinar-x terapi digunakan untuk merusak jaringan kanker atau tumor.  Pesawat sinar-x jenis ini menggunakan tegangan tabung lebih besar dari pesawat jenis diagnostik yaitu berkisar dari 400 kV hingga belasan MV (Wiryosimin, 1995 ).

b. Berdasarkan Cara Penempatan
1.       Pesawat sinar-x portabel
      Pesawat sinar-x portabel adalah pesawat sinar-x yang dapat dipindah pindahkan.  Pesawat ini biasanya berukuran kecil.  Contoh: pesawat sinar-x jenis mobile (gambar 2.3.a ).
2.     Pesawat sinar-x fixed
            Pesawat sinar-x fixed adalah pesawat sinar-x yang tidak dapat dipindah pindahkan. 
  
 
                                                  (a)                                                                          (b)
Gambar 2.3 Pesawat sinar-x (a) jenis mobile (b) jenis fixed
c. Berdasarkan Penerapan
            Pesawat sinar-x juga dapat dibedakan berdasarkan bidang terapannya yaitu
1.      Pesawat sinar-x industri
Pesawat sinar-x industri digunakan untuk keperluan dibidang industri misalnya untuk keperluan radiografi dalam teknik uji tak merusak, difraktometri atau kristalografi.
2.     Pesawat sinar-x medik
Pesawat sinar-x yang digunakan dalam bidang medik dibedakan dalam dua kelompok, yaitu jenis pesawat sinar-x  diagnostik dan jenis terapi.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Data Spesifikasi Pesawat Sinar-X
            Pesawat sinar-x yang digunakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Orthopaedi Purwokerto adalah pesawat sinar-x jenis mobile dengan data spesifikasi sebagai berikut:
            Merk                                 : TOSHIBA
            Model                                : IME – 100L
            Daya Maksimum      : 18 kW
            Jenis Tabung                 : DRX – 1603B
            Tahun Pembuatan       : 2002
            Pabrik Pembuat  : TOSHIBA MEDICAL SYSTEMS, JAPAN
4.2.2. Bagian-Bagian Pesawat Sinar-X
            Bagian-bagian pesawat sinar-x mobile model IME – 100L ditunjukkan pada gambar 4.1.




                                    Gambar 4.1 Bagian-bagian pesawat sinar-x mobile
                                                        model IME – 100L

Keterangan gambar:
1. Tabung sinar-x                      5. Panel kontrol
2. Kolimator                               6. Pegangan kemudi
3. Lengan penopang                7. Bok kaset
4. Handswitch                           8. Generator tegangan tinggi

4.2.3. Fungsi Tiap Bagian Pesawat Sinar-X Jenis Mobile
1. Tabung Sinar-X
            Tabung sinar-x merupakan bagian pesawat yang menghasilkan sinar-x.  Tabung sinar-x yang digunakan dalam pesawat tersebut adalah jenis anoda putar.  Bagian-bagian tabung ditunjukkan pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Bagian-bagian tabung sinar-x
a. Katoda
Katoda adalah tempat elektron-elektron dihasilkan.  Katoda terbuat dari filamen tungsten seperti diperlihatkan pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Konstruksi Katoda
b. Anoda
Anoda merupakan sasaran dari elektron-elektron yang dipercepat. Area tempat tumbukan elektron pada anoda disebut bidang fokus (focal spot) seperti diperlihatkan pada gambar 4.4. Bagian ini adalah tempat terbentuknya sinar-x.


Gambar 4.4 Konstruksi Anoda
c. Stator
Stator adalah sebuah kumparan yang berfungsi untuk memutar anoda.
2. Kolimator
            Kolimator adalah bagian yang membatasi jumlah sinar-x yang keluar sesui dengan luas dari objek yang dirontgen
Keterangan :
1. Pegangan                                  3. Knop pengunci
2. Knop pengatur                    4. Tombol lampu


3. Lengan Penopang
            Lengan penopang adalah bagian yang dapat diputar sehingga dapat disesuikan dengan posisi dan jarak objek yang akan dirontgen. 
4. Panel Operasi
            Panel operasi adalah bagian untuk pengaturan tegangan tabung dan arus filamen.
Keterangan:
1. Indikator standby                  7. Display kV
2. Indikator ready                       8. Tombol setting mAs
3. Indikator x-ray                       9. Display mAs
4. Indikator call service                        10. Tombol lampu
5. Tombol power                11. Kunci kontak
6. Tombol setting kV
5. Generator Tegangan Tinggi
Generator tegangan tinggi adalah bagian yang mensuplai tegangan tinggi ke tabung sinar-x.
6. Handswitch
Handswitch adalah saklar tangan yang digunakan untuk proses pembangkitan sinar-x seperti diperlihatkan pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Handswitch
4.2.4. Peralatan Pembantu
            Peralatan pembantu merupakan alat-alat selain pesawat sinar-x yang diperlukan dalam pemeriksaan rontgen, diantaranya adalah:
1. Meja Rontgen
            Meja rontgen adalah tempat pasien yang akan diperiksa.
2. Tabir
            Tabir berfungsi untuk melindungi petugas dari radiasi sinar-x.
3. Apron
Apron digunakan sebagai alat proteksi radiasi bagi orang yang mendampingi pasien selama pemeriksaan rontgen.
4. Film
            Film berfungsi sebagai media yang menghasilkan gambar.
5. Kaset
            Kaset adalah tempat meletakkan film.
6. Cairan Pencuci
Cairan pencuci terdiri dari developer, fixer dan air. Fungsinya untuk membangkitkan gambar pada film.
7. Lampu Baca
            Lampu baca digunakan untuk melihat gambar pada film.
8. Grid
Grid berfungsi untuk menyerap hamburan radiasi sehingga gambar yang terbentuk lebih jelas.
9. Pengering Film
            Fungsi pengering film adalah mengeringkan film setelah proses pencucian.
10. Marker
            Marker adalah penanda bagian kanan atau kiri dari objek pada film.
11. Hanger
Hanger adalah tempat menggantungkan kaset pada saat proses pencucian dan pengeringan.
12. Baju periksa
Baju periksa adalah baju yang dikenakan pasien dalam pemeriksaan rontgen.
4.2.5. Pengoperasian Pesawat
            Langkah-langkah dalam pengoperasian pesawat sinar-x adalah sebagai berikut:
1.      Hubungkan ’steker’ ke ’stop kontak’ pada dinding dan putar ’kunci kontak’ pada modus radiografi kemudian tekan tombol power pada posisi ON. Indikator radiografi pada panel operasi akan menyala dan set up akan berjalan otomatis. Jika sistem telah siap dioperasikan indikator standby pada panel operasi akan berkedip-kedip.
2.     Mengatur tengangan tabung (kV) dan perkalian arus dan waktu ekposi (mAs) dengan menekan tombol setting kV dan mAs pada panel operasi.
3.     Mengatur medan radiasi yaitu dengan menekan tombol lampu pada panel operasi atau pada kolimator kemudian putar knob untuk mengatur luas objek yang akan diradiasi.
4.    Tekan tombol preparation radiography pada handswitch. Setelah sekitar satu detik indikator ready pada panel operasi akan menyala dan buzzer akan berbunyi. Tekan tombol exposure pada handswitch untuk membangkitkan sinar-x.  Indikator x-ray pada panel operasi akan menyala selama sinar-x dibangkitkan. Buzzer akan berbunyi ketika pembangkitan sinar-x selesai.
sumber:  http://rasyanto.blogspot.com/p/ms-ct-scan-64-slices.html

Radiofoto 22.16

Radiofoto Teknik Penyimpanan Film

  1. Teknik Penyimpanan Film Secara Umum
  2. Kamar Gelap
  3. Kamar Pemeriksaan
Tujuan : Memahami teknik atau cara menyimpan film sinar-x
Syarat-syarat Menyimpan film :
  1. Suhu ruangan kurang lebih 13 derajat C
  2. Kelembaban maximal 50% dalam keadaan kering
  3. Terlindung dari radiasi onion
  4. Jauh dari bahan-bahan kimia
  5. Tidak terjadi tekanan mekanis antar film
Jika ke lima syarat ini tidak dipenuhi maka :

  1. Fog level (kabut) akan meninggi
  2. Sensitifitas akan menurun atau kepekaan film menurun
  3. Kontras film menurun atau perbedaan kehitaman (densitas)

 Teknik Penyimpanan Film Di Gudang

  1. Udara dingin dan kering
  2. Sirkulasi udara cukup
  3. Film harus disimpan menurut expayer datenya
  4. Temperatur suhu 20 derajat
  5. Hindari dari bahan radioaktif atau radiasi


Teknik Penyimpanan Film Di Kamar Gelap

  1. Harus disimpan dimeja yang kering
  2. Dibuka pada keadaan yang gelap
  3. Disimpan tegak
  4. Box film selalu tertutup


Teknik Penyimpanan Film Dikamar Pemeriksaan

  1. Di dalam kaset
  2. Jauh dari sumber radiasi baik radiasi primer dan sekunder
  3. Terpisah antara film yang telah terexpose dan yang belum


Kamar Gelap

Lokasi kamar gelap tidak terlalu jauh dari kamar pemeriksaan.

Proteksi Radiasi Kamar Gelap

  1. Karena yang bekerja manusia
  2. Bahan yang peka terhadap radiasi
  3. Dekat dengan kamar pemeriksaan atau sumber radiasi

A. Sistem Satu Pintu ( Single Door System )

Keuntungan :
  • Lebih murah
  • Hemat ruangan
  • Pengunci otomatis
Kerugian :
  • Tidak memiliki cassete hatch
  • Petugas yang lain tidak bisa masuk ke kamar gelap

B. Sistem Dua Pintu

Keuntungan :
  • Menghemat tempat
  • Mengunci otomatis
  • Petugas bisa keluar masuk dikamar gelap tanpa mengganggu proses proccesing
Kerugian :
  • Lebih mahal

C. Sistem Penyekat ( laby ruth ) atau Zig-zag

Keuntungan :
  • Petugas bebas keluar bagus keluar masuk tanpa mengganggu proses proccesing
Kerugian : Kerugian :

  • Banyak makan tempat

D. Sistem Pintu Berputar

Keuntungan :
  •  Lebih mahal


Fasilitas Kamar Gelap

  1. Penerangan
  • Penerangan umum
  • Penerangan khusus
Tujuan : Agar bisa melihat kaset itu masih bagus atau tidak,kamar gelap juga perlu di bersihkan jadi harus    terang .

      2. Meja Kerja
  • Meja basah 
  • Meja kering
      3. Label Printer
          Di pinggir kaset untuk identitas pasien

      4. Casette Hatch
          Disimpan di dinding Kamar gelap
    
      5. Tempat Film ( film hopper)
      6. Hanger
      7. Pengering

sumber :  http://ayu-puspita-dewi.blogspot.com/2012/04/radiofoto-teknik-penyimpanan-film.html.